Minggu, 06 September 2009
Belum Terima Bantuan, Ribuan Pengungsi di Cikoneng Ciamis Terlantar
TASIKMALAYA - Ribuan pengungsi korban bencana gempa di Cikoneng, Ciamis, telantar. Selain kekurangan tenda, mereka belum menerima bantuan makanan dan perlengkapan lain. Sebagian pengungsi juga terserang sakit flu dan batuk.
Kepala Desa Darmacaang Ajo Warjo didampingi ketua BPD sekaligus pangawas Posko Penanganan Bencana Endang Wardana menyatakan, 1.910 pengungsi tersebut berasal dari tiga dusun, yakni Dusun Sorok, Dusun Desa, dan Dusun Cimong.
Warjo membenarkan bahwa para pengungsi belum mendapat bantuan logistik dari pemerintah. Selain itu, mereka membutuhkan tambahan beberapa tenda.
Endang menggambarkan, satu tenda berkapasitas 40 orang ditempati lebih dari 52 orang.
Untuk tenda keluarga berkapasitas 6 orang, ditempati 10 sampai 12 orang. ''Akibatnya, sebagian pengungsi sulit tidur," katanya.
Endang menjelaskan, tenda yang ada saat ini hanya 10 unit. Kekhawatiran lain, lanjutnya, 15 persen pengungsi yaitu sekitar 286 orang sakit flu, batuk, dan ispa. Sebagian besar penderita adalah anak-anak.
Untuk itu, pihaknya meminta dinas kesehatan segera turun tangan. Minimal mendirikan posko kesehatan di dekat tenda pengungsi. ''Pengungsi juga membutuhkan selimut karena hawa dingin," terangnya.
Kondisi para pengungsi di beberapa daerah lain juga memburuk. Departemen Kesehatan (Depkes) menyatakan telah menerima laporan tentang kondisi sanitasi yang buruk sehingga memengaruhi kesehatan pengungsi.
''Yang saat ini diperlukan adalah wc darurat, hidran umum, dan mobil pengolah air bersih,'' terang Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan (PPK Depkes Rustam Pakaya dalam pesan singkatnya kemarin (5/9).
Hingga pukul 18.00 WIB kemarin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, korban meninggal di Jawa Barat berjumlah 70 orang. Korban terbanyak dari Cianjur, yakni 27 orang. Korban tewas lain dari Garut (7), Sukabumi (3), Tasikmalaya (4), Kota Tasikmalaya (5), Bandung (15), Bandung Barat (1), Bogor (2), dan Ciamis (6).
Bahkan, di Kampung Babakan, Desa Cikangkareng, Cibinong, Cianjur, puluhan orang masih dinyatakan hilang. Itu karena proses evakuasi korban tanah longsor sangat sulit. Korban masih tertimbun bebatuan besar. Sebagian besar korban meninggal ditemukan dengan kondisi tubuh mengenaskan.
Tiga jenazah kemarin ditemukan dengan anggota tubuh terpisah-pisah. Salah satunya bernama Tatin binti Anup, 35. Korban ditemukan tengah menggendong bayinya, Muhamad Fanza yang baru berusia 15 bulan. Tatin merupakan korban ke-26 yang ditemukan di balik bongkahan batu yang menimpa perkampungan tersebut. Dengan kondisi muka yang sudah gepeng, jasad Tatin dievakuasi secara manual dengan dibantu satu unit backhoe.
Untuk mencari korban, tujuh tim SAR beranggota 150 orang yang disebar di sejumlah titik longsor tetap mengalami kesulitan. Longsoran tanah bercampur bebatuan besar menjadi penyebab kesulitan itu. Alat berat yang digunakan pun sangat terbatas.
Sejumlah tim SAR menyusuri titik longsor yang dicurigai sebagai lokasi korban. Para anggota SAR memeriksa satu per satu bebatuan dengan alat seadanya, seperti palu dan linggis. Mereka juga memanfaatkan indra penciuman. ''Untuk sementara evakuasi kami hentikan dan kembali dilaksanakan besok pagi," ujar Kepala Seksi Basarnas Jakarta Budiawan kepada Radar Bogor kemarin.
Dia juga sempat memperingatkan warga yang terus memadati lokasi longsor. Selain dianggap mengganggu konsentrasi pencarian, keberadaan mereka bisa memicu longsor susulan. Sebab, struktur tanah yang bercampur batu-batu besar itu bisa bergeser.
Sebelumnya, Desa Cikangkareng mencatat 63 warga hilang dan ditengarai tertimbun reruntuhan. Berdasar data terakhir, jumlah warga yang hilang bertambah menjadi 71 orang. ''Ada beberapa warga yang melapor kehilangan sanak keluarga. Sangat mungkin ikut tertimbun di reruntuhan," tambah Sekretaris Desa Cikangkareng Lukman kepada Radar Bogor di posko Basarnas kemarin.
Menurut Lukman, RT 04/01 memiliki 19 kepala keluarga (KK) dengan 53 jiwa. Di lokasi tersebut terdapat satu musala, empat warung, dan dua tempat persewaan PlayStation yang setiap hari dipenuhi anak-anak.
Hingga kemarin, Desa Cikangkareng mencatat empat orang terluka serius, 71 orang hilang, dan 25 korban sudah ditemukan. Selain itu, sebelas bangunan hancur, 250 rusak serius, empat sekolah dasar rusak, tiga pondok pesantren dan 22 madrasyah ibtidaiyah rusak serius.
Kepala Seksi Basarnas Jakarta Budiawan menambahkan, Basarnas akan bekerja sesuai Standard Operating Procedure (SOP). Pencarian dan evakuasi korban akan dilakukan satu pekan. ''Bila evakuasi sudah tidak representatif, kami akan berkonsultasi dengan Pemkab Cianjur. Apakah evakuasi dilanjutkan atau tidak," paparnya.
Kendala lain evakuasi adalah kondisi tanah sangat tidak stabil dan bebatuan berdiameter sangat besar bercampur tanah. Sewaktu-waktu bisa timbul longsor susulan. ''Kondisi ini sangat berisiko. Kami tetap berusaha sampai tiga hari ke depan sambil terus mengevaluasi strategi pencarian," jelas Budiawan.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menegaskan telah berkoordinasi dengan sejumlah kementerian terkait bantuan teknis kepada para korban gempa. Bagi korban meninggal, Departemen Sosial akan memberikan santunan Rp 2 juta rupiah per orang. Untuk korban luka akan digratiskan dari biaya rumah sakit.
Total rumah yang rusak akibat gempa di Jabar mencapai 148.469 rumah, meliputi 5.412 rumah rusak total, 43.239 rumah rusak parah, dan 99.818 rusak ringan. Hingga saat ini dipastikan di Kabupaten Bandung, Garut, dan Tasikmalaya, tidak ada lagi korban tewas yang ditemukan.
''Sebagian besar masyarakat korban gempa yang rumahnya rusak, dilaporkan mulai membereskan puing-puing rumah mereka,'' tambah Ahmad.
Dalam keterangan resminya, BNPB menetapkan tanggap darurat bencana gempa bumi 14 hari. Dalam masa tanggap darurat itu koordinasi terus dilakukan. Pelaksanaan tanggap darurat ditargetkan tuntas pada 16 September.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar